MAKALAH
Definisi, Konsep dan Ruang lingkup Pendidikan Interdisipliner
(Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas diskusi pada mata kuliah Pendidikan Interdispliner)
Dosen Pengampu:
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Irfan Sofyan Efendi NIM. 16150243
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017/2018
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Pada abad ke sembilan belas, kontak antara kaum muslimin
dengan masyarakat barat kembali terjadi. Dalam kontak ini, terlihatlah bertapa
masyarakat barat telah begitu maju dibanding dengan masyarakat muslim dalam
bidang ilmu pengetahuan.
Kontak ini
menimbulkan kesadaran umat islam betapa mereka telah jatuh tertinggal dibanding
dengan masyarakat barat. Oleh karena itu, timbul upaya untuk memperbaiki
kekurangan yang dialami selama ini agar masyarakat muslim tidak lagi terjebak
dalam ketertinggalan yang berkepanjangan.
Salah satu
upaya yang dilakukan untuk memperbaiki itu adalah dengan pendidikan. Berkenaan
dengan itu timbullah usaha perbaikan pendidikan islam di Mesir yang dipelopori
oleh Muhammad Ali Pasha, di Turki dipelopori oleh Sultan Mahmud II, di India
muncul Syaid Ahmad Khan dengan mendirikan lembaga pendidikan MAOC (Mohammedan
Anglo Oriental College) yang kemudian pada tahun 1920 ditingkatkan statusnya
menjadi universitas dengan nama Universitas Aligarh. Universitas ini merupakan
salah satu universitas terkemuka saat sekarang ini di India Utara.
Di Indonesia
muncul sejumlah tokoh pembaru pendidikan islam, seperti Abdullah Ahmad,
Zainuddin Labay, Rahmah El Yunusiah, Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asyary. Di
antara inti pokok pendidikan islam yang diperbarui itu adalah menteri yang
diajarkan, sistem pengajaran, manajemen dan metode. Dalam hal ini pendidikan
interdisipliner akan kita bahas karena berpengaruh dengan perihal-perihal di
atas. Dan semoga dapat diambil maanfaat dari pembahasan-pembahasannya.
A. Latar belakang
Pada abad ke sembilan belas, kontak antara kaum muslimin
dengan masyarakat barat kembali terjadi. Dalam kontak ini, terlihatlah bertapa
masyarakat barat telah begitu maju dibanding dengan masyarakat muslim dalam
bidang ilmu pengetahuan.
Kontak ini
menimbulkan kesadaran umat islam betapa mereka telah jatuh tertinggal dibanding
dengan masyarakat barat. Oleh karena itu, timbul upaya untuk memperbaiki
kekurangan yang dialami selama ini agar masyarakat muslim tidak lagi terjebak
dalam ketertinggalan yang berkepanjangan.
Salah satu
upaya yang dilakukan untuk memperbaiki itu adalah dengan pendidikan. Berkenaan
dengan itu timbullah usaha perbaikan pendidikan islam di Mesir yang dipelopori
oleh Muhammad Ali Pasha, di Turki dipelopori oleh Sultan Mahmud II, di India
muncul Syaid Ahmad Khan dengan mendirikan lembaga pendidikan MAOC (Mohammedan
Anglo Oriental College) yang kemudian pada tahun 1920 ditingkatkan statusnya
menjadi universitas dengan nama Universitas Aligarh. Universitas ini merupakan
salah satu universitas terkemuka saat sekarang ini di India Utara.
Di Indonesia
muncul sejumlah tokoh pembaru pendidikan islam, seperti Abdullah Ahmad,
Zainuddin Labay, Rahmah El Yunusiah, Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asyary. Di
antara inti pokok pendidikan islam yang diperbarui itu adalah menteri yang
diajarkan, sistem pengajaran, manajemen dan metode. Dalam hal ini pendidikan
interdisipliner akan kita bahas karena berpengaruh dengan perihal-perihal di
atas. Dan semoga dapat diambil maanfaat dari pembahasan-pembahasannya.
B.
Rumusan masalah
Mengetahui latar belakang diatas dapat
disimpulkan menjadi beberapa rumusan masalah :
1. Apa yang di maksud dengan Pendidikan
Interdisipliner ?
2. Bagamaina Konsep dalam Pendidikan
Interdisipliner ?
3. Bagaimana Ruang lingkup dalam Pedidikan
Interdisipliner ?
C.
Tujuan
Mengetahui rumusan masalah diatas dapat
disimpulkan menjadi beberapa tujuan, diantaranya :
1. Mengetahui pengertian Pendidikan
Interdisipliner.
2. Mengetahui konsep Pendidikan Interdisipliner.
3. Mengetahui ruang lingkup Pendidikan
Interdisipliner.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a. Pendidikan.
Dalam pengertian sempit pendidikan adalah usaha yang
dilakukan untuk pentransferan ilmu (knowledge),
nilai (value) dan keterampilan (skill). Hal ini bersifat proses
pembelajaran, di mana ada pendidik, ada peserta didik, dan ada bahan (materi)
yang disampaikan ditunjang dengan alat-alat yang digunakan.[1]
Sedangkan menurut Qodri Azizy (2002 :18) mendefinisikan
bahwa pendidikan “the process of training and developing the knowledge,
skill, mind, character, etc, especiallly by formal schooling”.[2] Di
dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan
adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. [3]
Sedangkan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[4]
Kedua pengertian pendidikan sebagaimana tersebut di atas
adalah bersifat umum yaitu bahwa manusia yang memiliki kualitas pribadi dalam
lingkup budaya, belum bersifat khusus bagaimana yang diharapkan Islam. Padahal
melalui pendidikan islam, kualitas pribadi muslim yang harus dibentuk meliputi
: aspek fikir, aspek qolb, aspek amal dan aspek lain baik dalam hubungannya
dengan sesama makhluk secara horizontal maupun dalam hubungannya dengan sang
khaliq secara vertical, baik untuk kebutuhan duniawi maupun kebutuhan ukhrawi.[5]
Pendidikan atau al-Tarbiyah secara bahasa berkaitan
dengan kata al-Rabb, menurut al-Baidlawi :
التربية
و هي تبليغ الشيء الى كماله شينا فشينا
Pendidikan yaitu mengantarkan sesuatu menuju kesempurnaannya sedikit demi
sedikit. Demikian juga menurut al-Raghib al-Asfahani :
التربية
وهو انشاء الشيء حالا فحالا الى حد التّمام
Pendidikan yaitu menumbuhkan sesuatu sedikit sedikit (pelan-pelan) menuju
batas kesempurnaan. (Muhammad Nur bin Abd al-Hafidz Suwaid, 2000 : 27)
Secara istilah, menurut Plato (dalam al-Zantany :
1984 : 23) bahwa pendidikan adalah :
ان
التربية هي اعطاء الجسم والروح كل ما يمكن من الجمال والكمال
Artinya : bahwa pendidikan adalah pemberian bekal jasmani dan rohani dengan
berbagai hal yang memungkinkan ia menjadi indah dan sempurna.
Menurut Ibnu Sina pendidikan adalah
:
ان
التربية هي وسيلة اعداد الناسئ للدنياوالدنيا في ان واحد وتكوينه عقليا وخلقيا
وجعله قادرا على اكتساب صناعة ثناسب ميوله وطبيعته وتمكنه من كسب عيشه
Artinya : sesungguhnya pendidikan adalah sarana mempersiapkan orang yang
sedang tumbuh (generasi) untuk agama dan dunia di dalam suatu keadaan dan
membentuknya (agar berfikir) rasional dan berakhlak dan menjadikannya memiliki kemampuan untuk
berusaha produktif sesuai dengan minat dan bakatnya yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan hidupnya.[6]
Dalam bahasa arab, terdapat kata yang memiliki arti
sepadan dengan pendidikan, ulama salaf menyebut ada istilah al-irsyad
(sebagaimana nama kitab risalah al-musytarsyidin karya al-muhasibi), al-tahdzib
(seperti kitab tahdzib al-akhlaq oleh ibn miskawaih), al-siyasah (seperti kitab
siyasah al-shibyan oleh Ibnu Sina). Demikian juga istilah ta’dib (seperti kitab
adab al-mu’allimin oleh ibnu sahnun, kitab adab al-dunya wa al-din oleh
al-mawardi, kitab adab al-‘alim wa al-muta’allim oleh KH Hasyim Asy’ari, dan
sebagainya), al-ta’lim (seperti kitab ta’lim al-muta’allim oleh al-Zarnuji),
al-tarbiyah (seperti kitab al-tarbiyya wa al-ta’lim karya Rasyid Ridla dan
kitab pendidikan di era modern), dan juga al-tadris sebagai istilah yang perlu
direkomendasikan untuk pendidikan di zaman kontemporer sekarang ini.[7]
b. Interdisipliner.
Dalam kamus ilmiyah popular interdisipliner merupakan
antar cabang ilmu pengetahuan, antar disiplin ilmu.[8]
Jacobs seperti dikutip dalam indrawati (2009)
mendefinisikan pembelajaran interdisipliner sebagai “Pendekatan kurikula
yang menerapkan metodologi dari lebih satu disiplin ilmu untuk mengkaji tema,
isu, permasalahan dan topik sentral”. Pandangan ini sesuai dengan pendapat
Everett (dalam indrawati, 2009) yang melihat pembelajaran interdisipliner
sebagai pendekatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam
suatu proyek aktif. Dengan demikia, secara umum sebuah pembelajaran
interdisipliner mencakup : (1) kombinasi mata pelajaran. (2) penekanan pada
proyek. (3) keterkaitan antar konsep dan (4) tema sebagai prinsip organisasi
atau sumber kajian.[9]
Kuanandar (2007) menegaskan bahwa pembelajaran
interdisipliner (terpadu) memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik. Terlebih
bila gagasan pokok pembahasan tersebut merupakan suatu persoalan yang dekat
dengan lingkungan mereka. Dengan demikian, hasil belajar dapat bertahan lama
karena pengalaman belajar tersebut lebih berkesan dan bermakna. Kebermaknaan
itu, menurut Joni T.R. dalam Trianto (2007), tercipta sebab siswa secara aktif
mencari, menggali serta menemukan konsep keilmuan secara holistik dengan cara
memahami konsep yang baru dipelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang telah dipahami. Pembelajaran terpadu tidak saja memberikan kontribusi
positif pada peserta didik, tetapi juga kepada pendidik. Sebagai berikut
tabel.1 Manfaat Pembelajaran Terpadu.[10]
c. Pendidikan Interdisipliner.
kesimpulan dari pengertian-pengertian diatas, bahwa
pendidikan interdisipliner merupakan
proses mentrasferkan ilmu antar ilmu cabang dalam ilmu
pengetahuan atau bisa diartikan mengembangkan potensi diri menjadi
lebih baik dengan cara berfikir integrasi, konsep, metode, dan analisis menggunakan
berbagai disiplin ilmu/pengetahuan.
B.
Konsep Pendidikan Interdisipliner.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu yang dikemukakan oleh
Sukayati (2004) dan Margareta dalam Indrawati (2009), yaitu holistik, bermakna,
aktif, dan otentik. Holistik yaitu tema yang menjadi alat pemersatu
materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran dikaji dari berbagai
situasi, aspek dan perspektif. Bermakna yaitu tema yang dikaji
dari berbagai sisi dan perspektif akan membentuk jalinan
konsep yang saling berhubungan (skemata). Pembelajaran menjadi bermakna
manakala siswa dapat mengkaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dan digunakan
untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan yang nyata. [12]
Pembelajaran terpadu berpusat pada keaktifan peserta
didik dalam mencari, menggali dan menemukan konsep pengetahuan. Keaktifan secara
fisik, mental, intelektual dan emosional ini akan memampukan siswa mencapai
hasil belajar yang optimal serta termotivasi untuk belajar. Sedangkan, otentik
bermakna pengetahuan/konsep/hasil belajar yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran terpadu ditemukan oleh siswa sendiri karena ia melibatkan dirinya
secara langsung dalam proses pembelajaran serta mencarinya sendiri. Penemuannya
merupakan sesuatu yang otenti dan bukan atas informasi dari guru. Mengingat
guru dalam hal ini hanya berperan sebagai fasilitator dan katalisator.[13]
Dalam pembelajaran interdisipliner, hubungan antar mata
pelajaran dapat dipetakan dalam 3 Tipe yaitu Separated Subject Curriculum,
Correlated Curriculum dan Intergrated Curriculum. (Nasution, S. dalam Trianto,
2007). Dalam Integrated curriculum, pembelajaran pusatkan pada suatu masalah
atau topik tertentu yang dilaksanakan melalui pembelajaran unit. Untuk
memecahkan masalah tersebut, peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan
yang saling berhubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Berdasarkan
pengertian di atas, maka pembelajaran interdispliner Bahasa dan Sastra,
Teknologi serta Seni Visual.[14]
Fogarty (1999) memperkenalkan berbagai model pembelajaran
interdisipliner antara lain : model hubungan, model jaring laba-laba,
model terpadu dan model tersarang.
Dalam pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik, model jaring
laba-laba (webbed) sering digunakan.
Dalam pembelajaran ini, kegiatan belajar-mengajar dimulai dengan tema sentral.
Selanjutnya tema tersebut dijabarkan dalam pokok bahasan, keterampilan, konsep
serta kemampuan yang hendak dikembangkan oleh siswa dalam berbagai mata pelajaran.
Harapannya siswa memiliki pengetahuan yang utuh melalui hubungan antar kegiatan
dalam mata pelajaran yang berbeda. Kelebihan model ini menurut Trianto (2007) dapat meningkatkan motivasi
belajar anak didik, terutama bila tema yang dipilih sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka serta masih dalam jangkauan pemikiran mereka.[15]
C.
Ruang Lingkup Pendidikan Interdisipliner.
Harun Nasution menyebutkan modernisasi dalam masyarakat
barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha mengubah paham-paham,
adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan
dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.[16]
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan pembaharuan,
yakni : tajdid, modernisasi, peristilahan ini merujuk kepada pemikiran, sikap,
perilaku yang harus ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman guna menggapai pemikiran, sikap, perilaku yang sesuai dengan kemajuan
zaman. Dengan demikian, hakikat dari pembaharuan itu adalah pembaharuan
dari pola berfikir lama ke pola berfikir baru yang lebih adaptif terhadap
kemajuan zaman.[17]
Dengan ini pendidikan interdisipliner sangat berpengaruh
dengan zaman pembaharuan yang mencakup ruang lingkup pemikiran, sikap, perilaku
yang sesuai dengan kemajuan zaman.
[1] Daulay, H.Haidar Putra.
PENDIDIKAN ISLAM dalam lintasan sejarah. (cetakan ke-2 : juli 2014). Hal, 3.
[2] “proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pikiran, perilaku dan lain-lain terutama oleh sekolah
formal”
[9] Janarto, daru kabeka.
Pembelajaran interdisipliner : upaya mengapresiasi sastra secara holistik.
2 oktober 2010. Hal, 525-526.
[16] Daulay, H.Haidar Putra.
PENDIDIKAN ISLAM dalam lintasan sejarah. (cetakan ke-2 : juli 2014). Hal :
155-156.
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dapat di tuliskan kesimpulan dari
pembahasan-pembahasan diatas, sebagai berikut,
a. Pendidikan interdisipliner merupakan proses mentrasferkan ilmu antar ilmu cabang
dalam ilmu pengetahuan.
b. Sebagaimna ungkapan Fogarty (1999) bahwa
konsep pembelajaran interdisipliner diantranya : model hubungan, model jaring
laba-laba, model terpadu dan model
tersarang. Dalam pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik,
model jaring laba-laba (webbed) sering
digunakan. Dalam pembelajaran ini, kegiatan belajar-mengajar dimulai
dengan tema sentral. Selanjutnya tema tersebut dijabarkan dalam pokok bahasan,
keterampilan, konsep serta kemampuan yang hendak dikembangkan oleh siswa dalam
berbagai mata pelajaran. Harapannya siswa memiliki pengetahuan yang utuh
melalui hubungan antar kegiatan dalam mata pelajaran yang berbeda. Kelebihan
model ini menurut Trianto (2007) dapat meningkatkan motivasi belajar anak
didik, terutama bila tema yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka
serta masih dalam jangkauan pemikiran mereka.
c. Pendidikan Interdisipliner sangat berpengaruh dengan
zaman pembaharuan yang mencakup ruang lingkup pemikiran, sikap, perilaku yang
sesuai dengan kemajuan zaman.
Daftar Pustaka.
Ali, H. Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam.
(cetakan ke-4 : 2009). PKP12 Universitas Wahid Hasyim.
Daulay, H.Haidar Putra. PENDIDIKAN ISLAM dalam
lintasan sejarah. (cetakan ke-2 : juli 2014). KENCANA Prenadamedia Group.
Janarto, Daru Kabeka. Pembelajaran
interdisipliner : upaya mengapresiasi sastra secara holistik. 2 oktober 2010.
Windi, Novia. Kamus Ilmiyah POPULER. Pustaka
Gama. Hal : 212.
EmoticonEmoticon